Dalam kebiasaan masyarakat Indonesia, sering menggunakan istilah
“SILATURAHMI”, untuk mengungkapkan makna menyambung kasih sayang,
dan masih jarang yang menggunakan kata “SILATURAHIM”. Padahal kedua kata tersebut memiliki arti/makna yang berbeda,
walaupun susunan huruf-hurufnya hampir sama, bedanya hanya pada akhiran huruf
‘ha dan mim. Silaturahmi berasal dari kata “silah” yang bermakna menyambung, dan “rahmi” yang bermakna “rasa nyeri yang dirasakan seorang
wanita saat melahirkan”. Sementara silaturahim berasal dari kata “silah” yang bermakna menyambung, dan “rahim”. Jadi, jika yang kita maksud
adalah kegiatan menyambung kasih sayang, maka jangan keliru, gunakanlah kata
“SILATURAHIM”.
Kegiatan atau aplikasi makna silaturahim yang banyak di praktekkan
masyarakat, di antaranya dengan saling mengunjungi, bertandang, bersama-sama
dalam berbagai momentum, bertegur sapa, ataupun dengan saling tolong menolong.
Akan tetapi, pada makna yang lebih luas, sesuai dengan apa yang disabdakan oleh
Rasulullah, silaturahim juga bermakna menyambungkan sesuatu yang terputus.
“Bukanlah yang dikatakan silaturahim itu adalah membalas kunjungan atau
pemberian, melainkan silaturahim itu ialah menyambungkan apa yang telah
terputus (HR. Bukhari Muslim).
Motivasi Rabbani
Banyak sekali ayat Al-Quran dan hadits Nabi yang menjelaskan
tentang keutamaan silaturahim dan berbuat baik kepada tetangga. Di antara yang
masyhur, adalah firman Allah pada surat Annisa (perempuan) ayat pertama, yang
artinya: “Wahai manusia, bertakwalah
kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (nabi Adam),
menciptakan pasangannya (dari dirinya) dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada
Allah, yang dengan namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah
hubungan silaturahim (kekeluargaan, kekerabatan dan persahabatan). Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Perintah untuk menyambungkan kasih sayang, kekeluargaan,
persaudaraan dan kekerabatan secara tegas Allah sampaikan, setelah sebelumnya
Allah mengingatkan kita bahwa pada awalnya, manusia itu sendirian, dan boleh
jadi dalam kesendiriannya, kita akan merasa kesepian dan hampa. Allah swt
kemudian menciptakan Hawa untuk menemani Nabi Adam as, agar tidak sendiri lagi.
Bahagia, punya teman, bisa saling bercerita, berbagi, bantu membantu, tolong
menolong dan bekerja sama untuk semua urusan kehidupan. Seolah Allah ingin
mengatakan bahwa “kalian harus bersyukur, dulu kesepian, kini setelah diberikan
teman yang terus berkembang menjadi banyak, jangan sampai kalian wahai manusia,
melakukan sesuatu yang akan membuat kalian menjadi kesepian kembali, karena
kesendiriannya. Dalam konteks dakwah dan am intikhab, jangan sampai hizb dan
dakwah ini tidak lagi dilirik dan dipilih masyarakat, menjadi sepi peminat,
lantaran para kadernya tidak gemar silaturahim. Lantaran kita lebih asyik
merapat dengan komunitas yang homogen, dan malas bergaul dan berinteraksi
dengan masyarakat luas yang cenderung heterogen. Untuk itu, mari kokohkan
kembali semangat untuk terus berbaur tapi tidak terlarut, berinteraksi tapi
tidak terinfiltrasi, bermasyarakat tapi tidak terbawa maksiat. Yakhtalituuna
walakin yatamayazun.
Keutamaan dan Urgensi silaturahim
1. Tanda /ciri orang
beriman. Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah saw bersabda “barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
menghubungkan kasih sayang/tali persaudaraan/ silaturahim, dan barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam (HR Bukhari dan Muslim, di dalam kitab Riyadushalihin).
2. Digolongkan sebagai
orang yang berakal dan dapat mengambil pelajaran/ Ulil Albab. Di dalam surat
ArRa’du ayat 19- 21, Allah menjelaskan, bahwa di antara kriteria orang yang
berakal dan dapat mengambil pelajaran, adalah “orang yang senantiasa
bersilaturahim”, yakni yang menghubungkan apa yang diperintahkan oleh Allah
untuk menghubungkan. Jadi, kalau kita merasa sebagai orang yang punya akal,
tidak ada pilihan lain, wajib silaturahim. Sebaliknya? Jawabannya silakan
diuraikan sendiri.
3. Salah satu risalah
penting yang dibawa Nabi Muhammad saw. Sahabat Amr bin Abasah RA pernah
menyampaikan, saya datang kepada Nabi saw di Mekkah, awal kenabian, kemudian
saya bertanya kepada beliau, “Apakah kedudukan tuan? Beliau menjawab,” Nabi”
Apakah Nabi itu? Jawab beliau “Allah mengutus aku” saya bertanya kembali, untuk
apa Allah mengutus tuan? Beliau/Rasulullah saw menjawab: “ALLAH MENGUTUS AKU
UNTUK MENYAMBUNGKAN TALI PERSAHABATAN/KASIH SAYANG, menghancurkan berhala dan
mengESA kan Allah tanpa mempersekutukan dengan sesuatupun.
4. Salah satu amal yang menyebabkan
pelakunya masuk surga. Dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid Alansharyra,
bahwasanya ada seseorang bertanya:” wahai rasulullah, beritahukan kepada saya sesuatu amal yang dapat memasukkan saya ke
surga. “Rasul menjawab. Yaitu kamu menyembah Allah dan jangan
mempersekutukannya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menghubungkan
silaturahim.
Hikmah Silaturahim
Berbagai penjelasan dalil banyak berbicara tentang hikmah
silaturahim. Barangsiapa menginginkannya, maka lakukanlah silaturahim dan tidak
menundanya. Apa saja hikmah silaturahim itu?
1. Dipanjangkan umurnya.
Manusia hidup sebagai makhluk sosial, ia tidak bisa hidup sendiri tanpa
pertolongan orang lain. Orang yang sering bertemu dan bertatap muka dengan
banyak orang, suka berinteraksi dan tidak menyendiri, insya Allah memiliki
potensi lebih sehat dibandingkan yang tidak mau bergaul, menyendiri dan tak mau
bergerak. Paling tidak, dengan berinteraksi dengan berbagai kalangan, ia makin
menyadari bahwa ternyata setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing, setiap manusia memiliki permasalahan hidupnya masing-masing,
sehingga dia tidak berpikir bahwa “dialah yang paling menderita hidupnya”
Ternyata banyak orang lain yang juga punya masalah. Kesadaran ini membuat rasa
syukur makin muncul dan sekaligus belajar sabar kepada orang lain. Mata batin
dan jiwa pun tenteram, peluang sehat menjadi lebih dekat.
2. Dimurahkan rezekinya. Dari Anas bin Malik RA, katanya, saya mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Siapa yang ingin supaya dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah dia memperhubungkan silaturahim (HR Bukhari). Dengan silaturahim makin banyak teman dan relasi, itu maknanya
makin banyak akses informasi, akses dan peluang pasar untuk bisnis, dan akses2
kebaikan yang lainnya.
3. Menumbuhkan jiwa
persatuan dan semangat tolong menolong. “Tangan Allah berada dia atas
jamaah/bersatu. Persatuan adalah rahmat, dan perpecahan adalah ahzab. Tidak
dapat dipungkiri, salah satu yang menumbuhkan menyatu dan bersaudara adalah
aktivitas menyambungkan kasih sayang/silaturahim. Dengan ini juga bisa dibangun
kesamaan visi dan pemahaman tentang suatu hal. Jika visi dan pemahaman sudah
searah, tentang berbagai solusi, menjadi sesuatu yang mudah.
Berbagai Alternatif Aksi,
Dalam Hadits yang cukup terkenal, Rasulullah saw bersabda: “Dari
Abu Yusuf Abdullah bin salam RA berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw
bersabda: “Wahai sekalian manusia, sebar
luaskanlah salam, berilah makanan, hubungkanlah tali persaudaraan/kasih sayang,
dan shalatlah saat orang-orang sedang tidur, niscaya kalian semua akan masuk
surga dengan selamat. (HR Atturmudzy).
Pilihan aksi menyambung silaturahim, dengan rajin menebar salam,
dan suka berbagi makanan. Dengan salam kita mendoakan orang lain mendapatkan 3
hal, keselamatan, kasih sayang dan keberkahan. Kita yang mengucap salam, juga
didoakan kembali dengan 3 hal tersebut. Indahnya saling mendoakan. Maka untuk
bisa menebar salam, kita harus bertemu dengan orang lain. Dalam hadits riwayat
Malik, diceritakan bahwa ada seorang sahabat (Abdullah bin Umar), sengaja ke
pasar dengan niat untuk bisa menebar salam, sementara dia sendiri tidak berniat
membeli sesuatu di pasar.
Terkait berbagi atau memberi makanan, Rasulullah saw pernah
menyampaikan kepada Aisyah RA.”Wahai Aisyah, selamatkan dirimu dari api neraka,
meskipun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma. Insya Allah kita bisa berbagi
tidak hanya dengan sebutir kurma. Tapi Lebih dari itu. Karunia Allah yang
demikian luas, mengajarkan kita untuk selalu berbagi dan memberi.
Sukses aksi di lapangan, akan sangat ditunjang oleh kesuksesan
kita dalam bermunajat dan berinteraksi secara vertikal dengan Allah swt, Dzat
yang Maha membolakbalikkan hati. Maka Aksi di malam hari dengan bertahajud,
menjadi sesuatu yang pasti.
Silaturahim kepada Tetangga dan orang Terdekat
“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukannya, dan
berbuat baiklah kepada orang tua, sanak kerabat, anak-anak yatim, orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. (QS Annisa: 36)
Objek silaturahim dan berbuat kebaikan diuraikan secara jelas
dalam ayat tersebut di atas. Kepada siapa saja seharusnya kita menyambungkan
kebaikan dan kasih sayang. Dari ayat ini disebutkan yakni:
1. Orang tua
2. Sanak kerabat
3. Anak Yatim
4. Orang miskin
5. Tetangga dekat
6. Tetangga jauh
7. Teman sejawat, teman
kerja,
8. Hamba sahaya, bisa di
artikan pembantu/khadimah.
Khusus terhadap tetangga, banyak sekali hadits yang menjelaskan
tentang perintah berbuat baik kepada tetangga. Tetangga adalah salah satu jalan
kita untuk bisa masuk surga. Tetangga adalah kebutuhan kita. Tetangga adalah
kehidupan. Tak seorang pun di antara kita yang tidak butuh dengan keberadaan
tetangga. Tetangga yang dekat atau tetangga yang jauh, sama –sama wajib untuk
kita perlakukan dengan baik. Dalam hitungan Islam, tetangga kita adalah 40
rumah di sekitar kita. Bahkan sebagian kalangan berpendapat, bahwa tetangga
juga bermakna orang berada dalam perjalanan bersama kita. Satu pesawat
misalnya. Atau satu Bus, satu angkot, satu gerbong kereta, dan sebagainya.
Hadis2 berikut semoga mengingatkan kita untuk makin rajin
silaturahim dan berbuat baik kepada tetangga.
“Dari Ibnu Umar RA dan Aisyah berkata, Rasulullah saw bersabda;
“Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepadaku untuk selalu berbuat baik
terhadap tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan ikut mewarisi (HR Bukhari dan Muslim).
“Demi Allah, seseorang tidak sempurna imannya, Rasul mengulang
sampai 3 kali. Ada seseorang yang bertanya, siapakah seseorang yang tidak
sempurna imannya itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya
tidak aman karena gangguannya (HR Bukhari dan Muslim).
Dari Abdullah bin Umar, RA berkata: Sebaik-baik teman menurut
Allah yaitu orang yang paling baik terhadap temannya, dan sebaik-baik tetangga
menurut Allah, adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya (HR Atturmudy).
Demikianlah risalah yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad saw,
menjadi penuntun jalan untuk kesuksesan dunia akhirat, menjadi penerang jiwa
untuk menyinari sekitarnya, menjadi arah meraih kemenangan dakwah. Selamat
berjuang. Selamat bersilaturahim. Semoga Allah yang Maha Rahman Rahim
melimpahkan kesuksesan bagi pecinta silaturahim.
download file pdf :
http://downloads.ziddu.com/download/25253452/Makna_Silaturahim.pdf.html
download file word :
http://downloads.ziddu.com/download/25253460/Makna_Silaturahim.docx.html
download file pdf :
http://downloads.ziddu.com/download/25253452/Makna_Silaturahim.pdf.html
download file word :
http://downloads.ziddu.com/download/25253460/Makna_Silaturahim.docx.html
No comments:
Post a Comment